Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Pages

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

Breaking News

latest

Membangun Literasi Budaya Kampus Dengan Mewujudkan Agama dan Kebangsaan Dalam Tali Persaudaraan

“ Filosofi Meluangkan Pandangan Serta Mempertajam Pikiran Ir. Soekarno” Disusun Oleh : Dr. Andi Pallawagau, SE.,M.Si .Dosen Universitas Azza...



Filosofi Meluangkan Pandangan Serta Mempertajam Pikiran Ir. Soekarno”

Disusun Oleh :
Dr. Andi Pallawagau, SE.,M.Si .Dosen Universitas Azzahra.Sebagai Pemateri.
DEFENISI LITERASI
▪ Menurut Elizabeth Sulzby “1986”
Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
DEFENISI BUDAYA

▪ E. B Taylor dalam Soekanto
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Pemateri Dalam seminar .yang di laksanakan pada tgl 30-11-2021 jam 14.00 bertempat di Aula Baharuddin Lopa. Universitas Azzahra, memafarkan beberapa teori.

Menurut Dr Andi Palllawagau,SE,MSi.Dosen Universitas Azzahra. Lingkungan pendidikan tinggi atau kampus merupakan tempat yang dianggap strategis untuk mengembangkan literasi budaya kampus jika dilihat dari defenisi yang sudah disebutkan sebelumnya, literasi budaya merupakan pengetahuan atau kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjimak, menulis dan membaca.

Membaca menulis menjimak, berkomunikasi yang baik merupakan keterampilan dan faktor yang penting dalam pembelajaran di kampus karena menjimak, membaca dan berkumunikasi yang baik merupakan salah satu kegiatan dalam berliterasi.

Literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan karena literasi merupakan sarana mahasiswa untuk mengenal dan memahami serta menerapkan ilmu yang didapatkannya di kampus.

Literasi bukan hanya sekedar menjimak, membaca dan menulis saja, tetapi literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dengan seseorang yang maknanya bahwa literasi bermakna praktik dan hubungan sosial yang selalu berkaitan dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. Kemampuan Berbahasa yg dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi membaca berbicara menjimak dan menulis merupakan kebutuhan hidup setiap manusia.

Dengan berbahasa menjimak dan membaca kita dapat mengerti dan memahami akan sebuah nikmat ilmu pengetahuan. Semua proses belajar didapatkan melalui sebuah proses.

Tanpa Berbahasa dan berkomunikasi membaca menjimak dan menulis manusia belum menjadi manusia yang haqiqi. Karena pada dasarnya setiap manusia pasti akan membutuhkan kesemuanya itu di setiap jengkal hidupnya. 

Seperti yang diperintahkan Allah kepada Muhammad ialah (Iqro’) yang artinya bacalah,berbahasa berkomunikasi ,menjimak dan menulis. Hal ini  merupakan dasar dan merupakan landasan manusia dalam mencari dan memperoleh pengetahuan, karena dengan berbahasa dan membaca,menjimak ,menulis membaca kita akan tahu luas dan indahnya dunia ilmu pengetahuan, bahkan para filsuf zaman dahulu juga sudah mengingatkan bahwa segala ilmu pengetahuan diawali dari membaca menjimak dan berkomunikasi  yang baik. dengan mengasah bentuk kebijaksanaan.

Menurut Dr. Andi pallawagau ,SE,MSI, Juga memaparka Filosofi  Pandangan Serta mempertajam Pikiran Presiden Ir. Soekarno yang merupakan presiden pertama di Indonesia, Soekarno dan literasi tidak dapat dipisahkan, karena Soekarno memiliki sumbangsih yang besar dalam menghantarkan Indonesia untuk terlepas dari penjajahan. 

Sejak muda Soekarno sudah bergelimang buku dan mengelaborasi bacaan dan kenyataan hidup. Bung Karno juga memiliki banyak tulisan khususnya mengenai ideologi dan rancangan masa depan bangsa. Bung karno menganggap literasi bukan hanya sekedar itu saja tetapi bagaimana lierasi itu dapat membuat perubahan. 

Tanpa kehadiran literasi perjuangan Soekarno untuk memerdekakan Indonesia tidak akan tercapai, pemikiran-pemikirannya begitu kuat dengan berbagai mazhab pemikiran agama sekalipun menjadi dasar pemikiran Ir. Soekarno.

Tentu saja sesuai dengan tema pembahasan kali ini yaitu “membangun literasi budaya kampus dengan mewujudkan agama dan kebangsaan dalam tali persaudaraan (filosofi meluakan pandangan serta mempertaham pikiran Ir. Soekarno” dapat menjadi contoh untuk mahasiswa saat ini yang kesadaran mahasiswa dalam hal literasi masih dianggap kurang literasi seharusnya menjadi budaya dalam kampus dan dijadikan aktivitas akademik di perguruan tinggi. 

Saat ini mahasiswa juga menganggap bahwa budaya literasi bukan hal yang penting sehingga minat baca saat ini dianggap mengkhawatirkan, padahal dari membaca kemampuan seperti menulis dan berbicara akan meningkat. Membaca merupakan jendela dunia yang membuat manusia dekat dengan buku, karakter bangsa, dan peradaban. Soekarno muda dapat menjadi contoh untuk mahasiswa saat ini kesadaran dalam membaca dan menulis harus hadir dalam gerakan literasi sebagaimana juga gerakan Soekarno dalam Literasi (membaca dan menulis).

Ditinjau Dari Segi Keagamaan
Dr.Andi Pallawagau,SE,MSI, Juga Memaparkan  Beberapa Isu-isu keagamaan selalu mewarnai kancah khazanah budaya dan sosial di Indonesia, baik lokal maupun nasional. Wacana dan gerakan yang bernuasa agama dan keagamaan sebagai isu utamanya, senantiasa menjadi fenomena yang mewarnai kondisi aktual bangsa ini. Dalam Renstra 2020-2024, Kementerian Agama, merujuk pada RPJMN 2020-2024, mencanangkan “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”.

Di antara turunnya adalah penyelarasan agama dan budaya; serta penguatan moderasi beragama sebagai cara pandang, sikap dan praktik beragama jalan tengah untuk meneguhkan toleransi, kerukunan dan harmoni sosial.

Penguatan moderasi beragama antara lain dilakukan melalui penguatan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam perspektif jalan tengah untuk memantapkan persaudaraan dan kebersamaan di kalangan umat beragama. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan SDM yang berkarakter moderat dalam kehidupan beragama dan bernegara, yaitu dalam hal cara pandang, sikap, dan praktik beragama dapat dilakukan melalui tempat ibadah, dalam hal ini masjid, Dan Sekolah, kampung adat, tempat pendidikan,Kampus,Sekolah. dan masyarakat umum.

Seperti halnya Kearifan lokal yang ada pada masyarakat, tidak dapat dilepaskan dari nilai warisan budaya dan agama dapat dioptimalkan untuk membantu pencapai tujuan pembagunan Nasional dalam hal “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan” di atas. Oleh karena itu, kajian terhadap isu-isu aktual dalam bidang lektur keagamaan, baik klasik maupun kontemporer, khazanah keagamaan, dan pendidikan keagamaan kiranya perlu dilakukan.

Membangun Tali Persaudaraan Dan Kebangsaan(Ukhuwah)
Menurut  Dr.Andi Pallawagau SE,MSi dalam porum semian dengan sambutan peserta seminar yg berjumlah 100. Peserta yang di lakukan Daring Dan Pertual sangat alot menurut dimana persaudaraan (ukhuwah) merupakan hubungan atau pertalian antarmanusia yang diikat oleh sesuatu. Hubungan atau pertalian manusia yang diikat oleh hubungan darah disebut dengan hubungan kekeluargaan. Bila hubungan itu diikat oleh kesukuan disebut saudara sesuku dan bila diikat oleh kebangsaan disebut saudara sebangsa. 

Demikian pula, jika hubungan itu diikat oleh satu ideologi tertentu, hubungan itu disebut saudara seideologi. Sementara itu, hubungan yang diikat dengan agama disebut saudara seagama. Dalam konteks ini, kita mengenal persaudaraan keluarga, persaudaraan kesukuan, persaudaraan kebangsaan, persaudaraan keagamaan, dan persaudaraan kemanusiaan. Khusus persaudaraan antarumat Islam disebut dengan ukhuwah Islamiyah.

Manusia akan menjadi manusia sempurna jika ia hidup di tengah-tengah manusia dan bergaul dengan manusia. Manusia dapat dan mampu berdiri tegak serta berjalan dengan dua kaki karena ia diajarkan oleh masyarakat manusia seperti itu. Bayangkan, jika sejak bayi kamu diasuh oleh seekor serigala pastilah kamu tidak bisa tegak dan berjalan dengan dua kaki. Selain itu, tidak seorang pun di dunia ini yang mampu memenuhi kebutuhannya dengan kemampuannya sendiri. Dengan demikian setiap orang amat bergantung pada orang lain. 

Untuk dapat memakan sepiring nasi dengan lauk-pauknya, seseorang membutuhkan petani, nelayan, pembuat piring, supir untuk mengangkut bahan-bahan pangan, kuli panggul, pedagang, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, hubungan kemanusiaan merupakan sebuah keniscayaan atau kepastian yang tidak boleh diabaikan oleh siapapun.

Dalam kehidupan bernegara, setiap orang harus berpikir untuk memberikan sesuatu dan mengambil peran dalam pembangunan negara sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing. Jika tidak, negara akan terbelakang dan hancur, bahkan menjadi permainan bangsa-bangsa lain. 

Sebagai pelajar, sumbangan kamu untuk negara adalah belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh, mempersiapkan diri untuk melanjutkan estafet kepemimpinan negara. Sebab, bila tiba waktunya, kamulah yang akan menentukan perjalanan negara, maju dan mundurnya negara. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, persiapkan dirimu, kumpulkan bekalmu (ilmu pengetahuan) sebanyak-banyaknya, binalah mentalmu, asah jiwa kepemimpinanmu, dan tumbuhkan dan pupuklah rasa cintamu pada negara. Demikian pula halnya agama (Islam).

Kamulah generasi muda Islam yang diharapkan dapat menjadi pembela-pembela Islam. Menjadi mujahid-mujahid yang menawarkan keramahan, kemajuan, dan keselamatan kepada seluruh manusia dan alam semesta.

Bersatu kita teguh dan bercerai kita rubuh. Ungkapan yang semakna dengan ini adalah bersatu itu rahmat dan berpecah belah itu azab. Ungkapan ini jelas sekali menganjurkan untuk selalu memperhatikan dan membangun persaudaraan dengan siapa saja. Sebab, melalui hubungan persaudaraan itu, hidup menjadi lapang, berbagai kesulitan dapat diatasi, dan berbagai harapan, keinginan, serta tujuan dapat dicapai.

Sebaliknya, perpecahan menyebabkan hidup menjadi sempit, berbagai kesulitan datang menghampiri, dan harapan, keinginan serta cita-cita sukar untuk diraih. 

Melalui persaudaraan, beban berat menjadi ringan, kesulitan menjadi kemudahan, keputusasaan menjadi harapan. Melalui persaudaraan, ketakutan dan
kekerdilan dapat pula dihapuskan. Oleh karena itu, jalinlah ukhuwah, sambungkan tali persaudaraan sebanyak-banyaknya. Ingatlah ungkapan seribu teman itu sedikit dan satu musuh itu banyak.

Menjalin persaudaraan berarti menghapuskan atau menghilangkan permusuhan. Bermusuhan merupakan sikap tercela yang menimbulkan banyak kerugian. Sekarang, ingat-ingatlah apakah engkau mempunyai musuh? Jika punya, datanglah kepadanya dan mintalah maaf darinya serta ajaklah dia mengubur permusuhan dan mulailah menjalin persahabatan dengannya. Setelah itu, rasakanlah baik-baik, mana yang lebih enak: bermusuhan atau bersahabat? 
Pastilah perasaanmu akan merasakan kelegaan dan kebahagiaan saat bersahabat. Persahabatan dan persaudaraan haruslah dibangun di atas prinsip kesetaraan dan persamaan. 

Dengan prinsip ini akan lahir sikap saling menghormati dan saling membela serta saling mendukung. Jadilah seperti sekumpulan semut. Setiap bertemu dengan temannya, mereka saling menyapa dan memberi salam, bekerja sama membangun tempat tinggal, dan mengumpulkan bahan makanan. Janganlah kamu menjadi sekumpulan kepiting yang selalu saling menarik dan menjatuhkan jika ada temannya yang ingin naik/maju!
Jadi, tersenyumlah kepada setiap orang. 

Jalinlah persahabatan dan persaudaraan sebanyak-banyaknya. Kamu pasti akan menemukan banyak keuntungan dan kemudahan. Ingatlah selalu keteladan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad ketika ia membangun Madinah. 

Ia persatukan suku Aus dan Khazraj, ia persaudarakan kaum Anśar dan Muhajirin, dan ia buat perjanjian damai dengan orang Yahudi Madinah serta dengan suku-suku yang ada di sekitar Madinah. Hasilnya, Nabi Muhammad saw. berhasil meraih kejayaan dan Islam pun memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru dunia. Itulah sebabnya Madinah diberi gelar munawwarah (memancarkan cahaya/bersinar) sehingga ada yang menyebutnya dengan al-Madinah al-Munawwarah. Jadi, dengan persahabatan dan persaudaraan yang kukuh berbagai kesulitanmu akan hilang, duniamu menjadi lapang, dan bintang terang akan menghampirimu serta harapan dan cita-citamu akan tercapai.

Dengan Tema seminar ini yaitu Membangun Literasi Budaya Kampus Dengan Mewujudkan Agama Dan Kebangsaan dalam Tali Persaudaraan. (*)

Penulis: Dr. Andi pallawagau ,SE,MSI,
Editor: Andi Aswin Maramat (A2W)

Tidak ada komentar